- Jumlah wisatawan asing yang meningkat harus disertai dengan program yang bertujuan untuk membangun, mempertahankan kepedulian serta keberlanjutan di kalangan pelaku industri pariwisata Bali
- Eco Tourism Bali sebagai suatu ekosistem sirkular industri pariwisata Bali melaksanakan Eco Tourism Week untuk mengedukasi dan menginspirasi pelaku pariwisata Bali agar dapat membantu mewujudkan keberlangsungan demikemajuan masa depan lingkungan dan pariwisata Bali.
BALI|PARADISO INDONESIA – ECO TOURISM WEEK baru – baru ini digelar di Bali tepatnya di Hyatt Sanur Hotel, Bali, Jumat 9 Desember 2022.Event ini sukses menghadirkan multi-stakeholder untuk menyatukan langkah tentang bagaimana “Berpartisipasi Sebagai Agen Transformasi Hijau untuk Pariwisata Bali” serta platform berbagi dengan tema “Praktik Terbaik Hotel Bali dalam Keberlanjutan”.
Konsep Eco Tourism Week yang Pertama di Bali merupakan program terdepan dalam menata kembali pariwisata sebagai pilar pembangunan berkelanjutan. Eco Tourism Week akan menempatkan lingkungan dan manusia sebagai pusat diskusi utama.
Konsep Eco Tourism Week yang Pertama di Bali merupakan program terdepan dalam menata kembali pariwisata sebagai pilar pembangunan berkelanjutan. Eco Tourism Week akan menempatkan lingkungan dan manusia sebagai pusat diskusi utama.
Seperti diketahui, Bali Kembali setelah masa pandemi di tahun 2020 dan 2021, ditandai dengan meningkatnya jumlah wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Hal ini bisa dilihat dari rilis yang dikirim oleh pihak Angkasa Pura I, Bandara Ngurah Rai Bali bahwa kedatangan domestik 14 Desember 2022 sejumlah 15.980 dan kedatangan international 14 Desember 2022 sebesar 12.982. Trend kedatangan wisatawan ke Bali terus meningkat.
Meningkatnya jumlah wisatawan ke Bali tentu menggembirakan. Namun harus dibarengi dengan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Dikutip dari laporan Sungai Watch bertajuk Impact Report October 2020-December 2021, Bali menghasilkan 333.336 sampah anorganik yang 89% didominasi oleh sampah plastik.
Keprihatinan ini juga diutarakan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bapak Sandiaga Uno. Beliau mengatakan,”Kondisi paska pandemi yang ditandai dengan meningkatnya jumlah wisatawan ke Bali namun harus disertai dengan pengurangan jumlah sampah plastik dan emisi karbon yang menjadi tantangan kita bersama.
Dalam hal ini, Kemenparekraf dengan berbagai program telah mendorong berbagai destinasi wisata agar menerapkan pembangunan yang lebih berkelanjutan. Kemenparekraf juga berkomitmen akan selalu mendukung program yang bertujuan untuk membangun, mempertahankan kepedulian serta keberlanjutan di kalangan pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Nah, Eco Tourism Week yang diadakan oleh Eco Tourism Bali semoga bisa memberikan inspirasi dan edukasi bagi pelaku pariwisata Bali agar dapat mewujudkan keberlangsungan demi kemajuan masa depan lingkungan dan pariwisata Bali”.
Suzy Hutomo, Founder dan CEO Eco Tourism Bali mengatakan Eco Tourism Bali (ETB) sebagai suatu ekosistem sirkular industri pariwisata memiliki tujuan utama untuk menjaga kekayaan alam dan budaya Bali dengan memperbaiki perekonomian masyarakat lokal, juga menginisiasi pengembangan peta jalan pariwisata berkelanjutan untuk usaha kecil dan menengah hotel serta rumah makan di Bali, serta mengadakan perhelatan Eco Tourism Week agar bisa diterapkannya praktik-praktik pariwisata berkelanjutan.
“Kami juga telah menggandeng Kopernik untuk mengembangkan peta jalan, membuat rangka acuan dan alat pengukuran wisata berkelanjutan untuk usaha akomodasi dan rumah makan skala menengah dan kecil di Bali,” ucap Suzy Hutomo.
Selama bulan April dan Mei 2022, Eco Tourism Bali bersama Kopernik sudah mewawancarai sejumlah hotel usaha menengah dan kecil tersebar dari Selatan, Utara, Barat, Timur dan Tengah Bali sebagai referensi acuan dari peta jalan penerapan wisata berkelanjutan. Pada tahap selanjutnya akan dilaksanakan proses serupa kepada rumah makan usaha skala menengah dan kecil di Bali.
“Eco Tourism Week merupakan langkah awal terciptanya Bali sebagai pusat destinasi wisata berkelanjutan sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor 6,7, 11 dan 12 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di dalam tahap awal pengembangan peta jalan industri pariwisata yang berkelanjutan, kami telah merangkum dan mengeluarkan empat komponen utama dan 30 kriteria terinspirasi dari GSTC, untuk dapat memahami kelayakan dari bisnis akomodasi skala menengah dan kecil untuk wisata berkelanjutan. Ke-4 komponen tersebut adalah konservasi sumber daya, mengurangi polusi, konservasi biodiversitas dan manfaat sosial untuk komunitas lokal,” tambah Rahmi Fajar Harini selaku Co-founder dan COO Eco Tourism Bali.
Eco Tourism Week juga dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pemegang kebijakan termasuk pihak pemerintah dan asosiasi pariwisata seperti ASITA, BTB, GMHA, PUTRI dan lain-lain. Selain itu juga menggandeng Bali Investment Club (BIC) guna mendorong usaha-usaha rintisan yang melakukan bisnis berkelanjutan di Bali.
Salah satu agenda yang dilaksanakan pada saat Eco Tourism Week adalah penandatanganan Nota Kesepahaman antara Eco Tourism Bali dan Bali Tourism Board yang diwakili oleh Ida Bagus Partha Adnyana atau yang lebih dikenal sebagai Gus Agung selaku Chariman Bali Tourism Board.
Gus Agung yang djumpai usai penandatanganan MoU mengatakan, “Kami menyambut baik inisiatif yang dilakukan oleh Eco Tourism Bali untuk mendorong pariwisata berkelanjutan. Untuk itu penandatanganan nota kesepahaman ini akan tindaklanjuti dengan langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan bersama untuk menjadikan Bali sebagai destinasi wisata berkelanjutan di dunia”.
Pada kuartal pertama tahun 2023, Eco Tourism Bali diharapkan sudah bisa mengeluarkan penilaian mandiri dan panduan lengkap utama untuk wisata berkelanjutan bagi bisnis akomodasi dan rumah makan usaha skala menengah dan kecil di Bali, sehingga dapat mendorong tumbuhnya pelaku-pelaku industri wisata yang berkelanjutan di Bali, demikian Suzy Hutomo. ***igo