DENPASAR|PARADISO INDONESIA –Dewan Pers dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bali menggelar Diskusi Peningkatan Kapasitas Media Siber dengan tema ‘Pengembangan Model Bisnis Media di Era Digital” di Kantor Diskominfos Provinsi Bali, Kamis, 25 Mei 2023.
Hadir dalam diskusi tersebut Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya, Ketua Pokja Verifikasi Media Online Sapto Anggoro dan Praktisi Media Siber dari Katadata.co.id Maryadi. Diskusi yang melibatkan sekitar 50 media pemilik media online dan wartawan ini dimoderatori oleh Ketua SMSI Bali Emanuel Dewata Oja.
Diskusi berlangsung hangat dan seru dengan berbagai argumen yang dilontarkan seperti pembatasan media online di Indonesia mengingat saat ini sudah hampir 47.000 media siber ada di Indonesia. Sementara Bali sendiri diprediksi sudah ada sekitar 500 san media siber yang ada di Bali.Dewan Pers pun tetap mengingatkan para pemilik media agar tetap ikuti proses verifikasi di Dewan Pes.
Selain itu yang menarik juga adalah bagaimana proses verifikasi yang dilakukan oleh dewan pers terhadap media. Tahun ini dewan pers menargetkan sekitar 600 media yang bisa diverifikasi administrasi dan faktual, karena itu dewan pers berharap agar ada kerjasama yang baik dengan pemilik media agar proses ini berjalan dengan baik dan lancar. Tidak ada niat sedikit pun dewan pers menghalangi proses ini, lengkapi saja persyaratannya. Proses ini pun tidak dipungut biaya sepeser pun alias gratis.
Hal menarik lain yang diungkapkan Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya adalah bahwa kepercayaan publik kepada media tidak berkurang sekalipun, platform media dari jaman ke jaman selalu berubah.
Adaptasi dengan platform baru bisa dilakukan dengan mengemasnya menjadi lebih baik.
Tantangan perkembangan media selalu berubah dari jaman ke jaman.
Menurutnya, perubahan itu harus disikapi dengan realistis. Di era disrupsi media seperti sekarang, Agung mengingatkan, agar pelaku di industri media baik wartawan atau pemilik media, tetap mentaati kaidah-kaidah jurnalistik untuk menghasilkan pemberitaan yang obyektif.
Sementara Sapto Anggoro mengingkatkan, manajemen media memegang kunci penting untuk mengembangkan media digital saat ini.
“Karena sebagian besar berangkatnya dari wartawan, tapi soal manajemen kan beda lagi. Dalam hal ini Dewan Pers memilih melakukan pembinaan,” kata Sapto.
Mantan Sekjen Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet ini menambahkan, dalam pengelolaan media siber perlu mengetahui kebutuhan informasi yang banyak dibutuhkan publik.
“Itu yang paling penting. Banyak yang membuat berita soal politik, sosial, hukum dan HAM. Padahal, konten yang paling banyak dikunjungi ternyata bukan itu, ternyata adalah info kesehatan. Kenapa info kesehatan ini tidak jadi yang utama untuk ditampilkan, karena itu berpotensi viral,” kata Sapto Anggoro.
Model bisnis media online sendiri, kata Sapto, bisa dilakukan melalui beberapa cara. Diantaranya, melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah, menggandeng sponsorship, pendanaan CSO, membangun media melalui kehumasan maupun event organizer (EO) dan mengembangkan komunitas pembaca.
Sementara, Maryadi, praktisi Media Siber membagikan pengalamannya terkait persaingan bisnis media digital. Menurutnya, pelaku industri media siber harus berani meninggalkan pola lama.
Terobosan baru perlu dilakukan untuk memberikan dorongan ‘amunisi’. Ia mengatakan, ada media siber yang mengembangkan teknik backlink untuk mendapatkan marketshare iklan.
“Perlu memanfaatkan media sosial dan aplikasi termasuk, memahami tren yang berkembang di masyarakat,” kata Maryadi. ***igo