Home Pendidikan Meningkatkan Kemampuan FISIK MOTORIK ANAK Melalui Kegiatan MENGGAMBAR pada Kelompok A TK LAETITIA

Meningkatkan Kemampuan FISIK MOTORIK ANAK Melalui Kegiatan MENGGAMBAR pada Kelompok A TK LAETITIA

by Igo Kleden
0 comment

NO. 39/THN.XVI/MEI/2023

Sophia Walen Kean

A. Latar Belakang

Perkembangan anak melalui empat tahapan. Tahapan kognitif, fisik dan sosioemosi (Slavin dalam Gerardus : 2008). Tahapan kognitif anak lebih menguasai bahasa. Pada tahap fisik ditandai dengan motorik skill (keterampilan gerak). Sedangkan pada tahap sosioemosi lebih ditandai dengan pendekatan. Keterampilan gerak (motor skill) pada umumnya cenderung untuk selalu bergerak seperti berlari, melompat, meluncur, memanjat, atau berguling, serta keterampilan dalam mewujudkan suatu karya seni. Gerakan mereka cenderung tidak terstruktur karena gerakanya lebih berpusat pada otot-otot besar seperti otot kaki dan otot lengan.

Anak memiliki potensi dalam diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Salah satu potensi yang perlu dikembangkan adalah tentang wawasan dan rasa seni. Melalui rasa seni anak juga akan mengembangkan kecerdasannya.

Salah satu kegiatan yang dikembangkan dalam potensi seni di TK Laetitia adalah melatih kemampuan motorik halus anak kelas B. Kegiatan tersebut adalah kegiatan menggambar bebas. Dalam kegiatan tersebut ada beberapa masalah yang ditemukan. Masalah-masalah tersebut antara lain, guru kurang membimbing anak secara optimal, waktu yang tersedia kurang koheren dengan kegiatan bimbingan yang dilaksanakan, anak yang acuh tak acuh dengan bimbingan yang diberikan guru. Masalah-masalah ini berdampak hasil yang diperoleh anak dalam kegiatan pembelajaran tentang menggambar bebas. Jumlah anak kelompok A TK Laetitia adalah 15 orang anak. Jumlah anak yang mampu menyelesaikan kegiatan menggambar ada 6 orang anak. Jumlah anak yang belum menyelesaikan kegiatan menggambar ada 9 orang. Prosentase anak yang mampu menyelesaikan kegiatan menggambar adalah 40%. Sedangkan prosentase anak yang belum menyelesaikan kegiatan menggambar adalah 60%.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melakukan perbaikan pembelajaran pada TK Laetitia dengan judul “ Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Anak Melalui Kegiatan Menggambar Pada Kelompok A TK Laetitia.”

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan kemampuan fisik motorik anak melalui kegiatan menggambar pada kelompok A TK Laetitia?”

C. Cara Pemecahan Masalah

Dalam pemecahan masalah perlu dilakukan beberapa tahap untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari peneliti yang meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

D. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam perbaikan pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan fisik motorik halus siswa kelompok A TK Laetitia.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi :

  1. Bagi Anak Didik

Untuk meningkatkan kemampuan motorik anak.

  1. Bagi guru

Sebagai bahan referensi dalam pembelajaran di sekolah pada tingkat TK.

.3. Bagi Sekolah

  • Sebagai bahan masukan bagi guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran di TK.
  • Sebagai acuan bagi sekolah dalam mengembangkan pembelajaran di TK.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Baca Juga:   Kemendikbud Luncurkan Tiga Kebijakan Dukung Mahasiswa dan Sekolah Terdampak COVID-19

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dianalisis secara deskriptif kualitatif yang terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua, tahun ajaran 2022/2023 tepatnya pada bulan Februari 2023.

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian pada TK Laetitia Kecamatan Larantuka   Kabupaten Flores Timur.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah anak kelompok A TK Laetitia yang berjumlah 15 orang anak dengan kemampuan yang berbeda.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan dalam empat tahapan yang diuraikan sebagai berikut :

Siklus I

1. Perencanaan

Menyiapkan lembar observasi aktivitas anak dan guru

  • Melihat tingkat kognitif anak pada awal pembelajaran
  • Menyusun perangkat tes evaluasi

2. Pelaksanaan

  • Melaksanakan KBM sesuai model yang telah disusun
  • Mengarahkan atau membimbing anak untuk beraktivitas
  • Melaksanakan tes evaluasi.

3. Observasi

  • Guru peneliti melakukan pengamatan terhadap anak
  • Guru mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada anak selama KBM berlangsung
  • Guru peneliti menganalisa hasil evaluasi anak

4. Refleksi

  • Guru merangkum hasil observasi
  • Guru menganalisa hasil ulangan harian
  • Guru mencatat keberhasilan atau kegagalan untuk diperbaiki

Siklus II

Pelaksanaan rencana tindakan kedua merujuk pada data siklus I dan sesuai dengan hasil refleksi dengan menambah beberapa poin yaitu:

  1. Merevisi tindakan- tindakan yang kurang atau tidak relevan pada siklus I.
  2. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan.
  3. Menyusun perangkat tes evaluasi
  4. Memeriksa hasil evaluasi

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik tes dan observasi.

  1. Teknik Tes

Dalam penelitian tindakan ini terdapat dua tahap yaitu:

Tahap I. Pretes dan Tahap ke II Postes

Pretes : digunakan untuk mengetahui hasil belajar anak sebelum    menggunakan metode demontrasi.

Postes : digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah  menggunakan metode demontrasi.

  1. Teknik Observasi

Metode observasi digunakan untuk memperoleh data  tentang aktivitas anak dengan guru selama melakukan kegiatan penelitian tindakan, dengan menggunakan metode demontrasi. Observasi ini dilakukan oleh peneliti untuk meneliti apa saja, aktivitas yang dilakukan guru dan anak selama kegiatan berlangsung. Kemudian setelah data terkumpul data dikategorikan menurut kategori yang ditetapkan.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu :

  1. Data hasil observasi dianalisis dengan mendeskripsikan kegiatan siswa dan kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran selama kegiatan berlangsung
  2. Data hasil tes belajar dianalisis dengan menggunakan acuan tingkat pemahaman atau penguasaan siswa. Tingkat pemahaman anak ditentukan dengan menggunakan kriteria penilaian sebagai berikut:
  • * * * * = Sangat Baik ( SB )
  • * * *   = Baik ( B )
  • * *      = Cukup ( C )
  • * = Kurang ( K )

H. Indikator Keberhasilan

Baca Juga:   KBRI Moskow Jalin Kemitraan Kampus di Indonesia dengan Belarus

Data hasil tes belajar dianalisis dengan menggunakan acuan tingkat pemahaman atau penguasaan anak. Tingkat pemahaman anak ditentukan dengan menggunakan kriteria penilaian sebagai berikut:

  • 80 – 100  = Amat baik (A)
  • 70 – 79    = Baik (B)
  • 60 –  69   =  Cukup (C)
  • 50  – 59   = Kurang (C)

(John Yunus, dkk.2003)

Seorang anak dikatakan telah mampu dalam mengurutkan angka apabila telah memiliki daya serap 60 % ke atas. Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila paling sedikit 85 % siswa di kelas tersebut telah tuntas belajar.

PEMBAHASAN

Kegiatan awal meliputi : berdoa, absensi, tanya jawab tentang nama hari bulan dan tahun, mengucapkan tata tertib kelas. Menyanyi besama lagu buah-buahan. Bercakap-cakap sesuai tema.

Kegiatan inti mencakup : menghubungkan gambar mangga dengan angka, menggambar buah mangga dan memasang kartu huruf di bawah gambar.. Kegiatan akhir meliputi : menyampaikan informasi untuk hari esok, berdoa dan memberi salam. Aspek yang dinilai dalam pembelajaran yaitu kerapihan, ketepatan dan ketekunan. Anak yang rapih dalam pembelajaran ada 11 orang dengan prosentase 73,33%. Anak yang belum rapih dalam pembelajaran ada 4 orang dengan prosentase 26,67%. Anak yang tepat dalam menghubungkan gambar ada 9 orang dengan prosentase 60%, dan anak yang tidak tepat dalam menghubungkan gambar ada 6 orang dengan prosentase 40%. Jumlah anak yang tekun dalam pembelajaran ada 10 orang  dengan prosentase 66,67%, sedangkan anak yang belum tekun dalam pembelajaran ada 5 orang anak dengan prosentase 33,33%.

Sedangkan hasil observasi guru siklus I menunjukkan jumlah nilai yang diperoleh dalam observasi guru siklus I adalah 15,39, 2dengan rata-rata skor adalah 3,85. Dengan melihat hasil yang diperoleh guru maka guru dikatakan baik dalam melaksanakan pembelajaran siklus I. Pembelajaran siklus I diakhiri dengan pemberian tugas. Aspek penilaian dibagi dalam tiga bagian yaitu kerapihan, ketepatan dan ketekunan. Jumlah nilai siklus I pada aspek kerapihan adalah 1185, rata-rata kelas 79. Jumlah anak yang belum rapih dalam menghubungkan gambar adalah 4 orang anak, dengan prosentase 26,67%. Jumlah nilai anak pada aspek ketepatan adalah 1045 dengan rata-rata 69,67. Ada 6 orang belum tepat dalam menghubungkan gambar. Prosentase anak pada aspek ketepatan adalah 40%. Sedangkan pada aspek ketekunan jumlah nilai anak adalah 1140. Rata-rata aspek ketekunan secara klasikal adalah 76. Prosentase anak yang tekun dalam pembelajaran adalah 66,67%.

Melihat hasil yang ada pada siklus I maka peneliti dan guru pengamat melakukan refleksi. Hasil yang diperoleh dari refleksi adalah guru belum meggunakan metode sesuai dengan materi yang diajarkan. Akibat dari pembelajaran yang tidak menggunakan metode yang sesuai dengan materi  pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran siklus I belum menunjukkan hasil yang memuaskan dan perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Baca Juga:   Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali

Kegiatan awal meliputi : berdoa, absensi, tanya jawab tentang nama hari bulan dan tahun, mengucapkan tata tertib kelas. Menyanyi besama lagu buah-buahan. Bercakap-cakap sesuai tema. Kegiatan inti mencakup : membentuk angka 1-5 dengan bahan platisin, menyusun bentuk angka 1-5 dan menyebut kembali dengan cara berurutan. Meniru kalimat sederhana : misalnya Ini buah jeruk. Kegiatan akhir meliputi : berdoa dan memberi salam.

Observasi siswa menunjukkan anak yang rapih dalam pembelajaran ada 12 orang dengan prosentase 80%. Anak yang belum rapih dalam pembelajaran ada 3 orang dengan prosentase 20%. Anak yang tepat dalam menghubungkan gambar ada 13 orang dengan prosentase 86,67%, dan anak yang tidak tepat dalam menghubungkan gambar ada 2 orang dengan prosentase 13,33%. Semua anak tekun dalam pembelajaran dengan prosentase 100%.

Dan hasil observasi guru menunjukkan bahwa jumlah nilai yang diperoleh dalam observasi guru siklus II adalah 15,90, dengan rata-rata skor adalah 3,97. Dengan melihat hasil yang diperoleh guru maka guru dikatakan baik dalam melaksanakan pembelajaran siklus II.

Pembelajaran siklus II diakhiri dengan pemberian post tes. Pembelajaran siklus I diakhiri dengan pemberian tugas. Aspek penilaian dibagi dalam tiga bagian yaitu kerapihan, ketepatan dan ketekunan. Jumlah nilai siklus I pada aspek kerapihan adalah 1250, rata-rata kelas 83,33. Jumlah anak yang belum rapih dalam menyusun gambar adalah 3 orang anak, dengan prosentase 20%. Prosentase kerapihan secara klasikal adalah 80%. Jumlah nilai anak pada aspek ketepatan adalah 1190 dengan rata-rata 79,33. Ada 2 orang belum tepat dalam menguhungkan gambar. Prosentase anak pada aspek ketepatan adalah 86,67%. Sedangkan pada aspek ketekunan jumlah nilai anak adalah 1210. Rata-rata aspek ketekunan dalam aspek ketekunan adalah 80,67. Prosentase anak yang tekun dalam pembelajaran adalah 100%.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan maka disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Laetitia.

SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh siklus I dan siklus II maka peneliti menyampaikan beberapa saran bagi :

  1. Anak didik

Melalui kegiatan menggambar diharapkan agar anak dapat melatih motorik halus anak kelompok A TK Laetitia.

  1. Guru

Memberikan umpan balik dan dasar memperbaiki proses pembelajaran dan guru dapat menerapkan media dalam pembelajaran yang membangkitkan minat belajar anak didik.

  1. Manfaat bagi sekolah

Kepala sekolah dapat menghimbau kepada guru kelas dalam kaitannya dengan pembelajaran di TK.

  1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian yang lebih baik dengan memperhatikan kelemahan yang ada pada penelitian ini. ***

Berita Terkait