DENPASAR|PARADISO INDONESIA – ASITA Bali akhirnya menggelar Rapat Kerja Daerah I, Rabu (25/1) sejak organisasi pariwisata tertua di Indonesia Cabang Bali yang memilih Putu Winastra sebagai nahkoda baru beberapa waktu lalu.
Rakerda yang berlangsung di Prime Plaza Sanur ini terus menggemakan Sustainable Tourism sebagaimana tema rakerda kali ini “togetherness in supporting sustainable tourism”.
Rakerda kali ini menjadi lebih meriah karena di saat yang bersamaan juga dirayakan HUT Asita ke -52 yang jatuh pada tahun ini.
Tampak hadir, Kadis Pariwisata Provinsi Bali, Cok Pemayun, para sesepuh ASITA Bali, perwakilan DPP ASITA, Eddy Sunyoto, para kelompok ahli (Pokli) bidang pariwisata serta lebih dari 200 anggota Asita Bali yang memadati Ballroom Prime Plaza Sanur.
Ketua Asita Bali, Putu Winastra dalam sambutannya mengatakan tema rakerda bertajuk “togetherness in supporting sustainable tourism” terasa relevan sebagai perwujudan ASITA Bali yang kuat, kekinian dan bersinergi dalam menggerakkan perekonomian, menjaga budaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Bali lewat sektor pariwisata.
“Bisnis dan persahabatan yang telah lama terjalin, menyatukan kita semua dalam wadah organisasi ASITA- dan di kurun waktu yang panjang ini telah membuktikan peran dan kontribusi pada kemajuan Pulau Bali yang kita junjung dan cintai bersama,”tegas Winastra.
Setelah lebih dari 2 tahun terdampak pandemi kini Bali mulai menggeliat. Permintaan pasar mulai bergerak dan persaingan dengan negara destinasi wisata pun mulai gencar dengan mengendorkan aturan perjalanan.
Kini saat yang tepat untuk bersinergi dengan pemerintah, mengatur strategi meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara.
Mengenang kembali, lanjut Winastra, awal tahun 2022 ASITA bersama stakeholder Pariwisata menyiapkan dibukanya pintu masuk international di Bali diperuntukan hanya untuk PPLN – dari persiapan hotel, travel bubble, hotel isolasi, transpotasi, asuransi dan visa.
ASITA terlibat aktif dalam memberi usulan dan masukan ke pemerintah terkait peraturan yang menjadi hambatan pelaku wisata antara lain mengundang Disparda se-Bali memberi pemahaman tentang retribusi agar kenaikan/penyesuaian terpola, Mengusulkan ke pihak kemenkumham untuk membuka Visa On Arrival – hingga kini sudah 86 negara mendapat layanan tersebut.
Selanjutnya memberi masukan tentang penyerderhanaan prosedur persyaratan e-visa.
Asita Bali pun sejak pelantikan 6 November 2021 selain pembelajaran lewat SAKIRA (tourism talkshow), juga ada aksi social dan mensukseskan program kerja unggulan hasil MUSDA XII/2012.
Winastra juga menyinggung program tahunan BBTF yang diprakarsai oleh ASITA Bali yang adalah alat promosi penting diplatform national maupun international.
“Kini sebagai acara salah satu Travex penting di Indonesia, BBTF didukung oleh PemProv Bali, Pemkab Kota, Kemenparekraf dan Kemlu. Dengan berbagai dukungan ini, pasar merespon dengan baik – dengan gebrakan baru ini yang kami optimis BBTF bigger and better. Saya mengharapkan para anggota ASITA Bali menggunakan kesempatan ini untuk bergabung – join B2B. Ayo bersama kita ambil pasar lebih besar,” tandas Putu Winastra.
Globalisasi menghadirkan banyak tantangan dan kesempatan bagi bisnis kita dan karena itu kita harus bekerja sama, kolaborasi bersinergi dengan stakeholders pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali.
Untuk dapat terus berkarya dan menjadi lokomotif Pariwisata Bali Winastra yang mewakili para anggotanya mengharapkan dukungan dari pemerintah dalam hal proteksi terhadap local agent, peninjauan kembali moratorium perijinan untuk usaha BPW, Contract rate dengan hotel international change, law enforcement pada pelanggar hukum yang berdampak pada reputasi industry pariwisata serta kolaborasi dengan BTB membuka pasar pasar potensial bagi Bali dan Indonesia.***igo