Ada Lokakarya Kreatif, Pertunjukan Budaya, dan Kolaborasi Artistik!
JATILUWIH, PARADISO INDONESIA – Kementrian Kebudayaan Republik Indoneisa yang menginisiasi Subak Spirit Festival 2024 di Jatiluwih, Tabanan Bali kini memasuki hari kedua. Masyarakat dan wisatawan tetap antusias mengikuti festival ini meski di tengah guyuran hujan. Ada berbagai rangkaian kegiatan penuh makna, dari lokakarya kreatif, pertunjukan budaya, hingga kolaborasi artistik yang meriah, mempertegas komitmen Bali untuk menjaga warisan budaya sekaligus mendukung ketahanan pangan berkelanjutan dalam sistem Subak.
Ada satu acara yakni Lokakarya membuat Lelakut (orang-orangan sawah tradisional) dan Sunari (kerajinan daun kelapa). Cukup menarik minat banyak peserta, khususnya generasi muda dan masyarakat sekitar, yang ingin lebih mengenal serta mendalami kearifan lokal.
Aktivitas ini menghubungkan mereka dengan nilai-nilai leluhur yang terkandung dalam budaya Subak.
Sementara itu, Lomba Menangkap Belut menjadi salah satu kontes yang paling seru, menghadirkan suasana penuh kegembiraan dan menghidupkan kembali keterampilan tradisional menangkap belut di sawah.
Sementara di panggung budaya, para siswa dari sekolah-sekolah menampilkan tarian kreasi unik seperti Siat Sipat dari SMA N 2 Amlapura dan Tari Kreasi dari SMP N 4 Bebandem. Sorotan lainnya termasuk Tari Jatayu yang penuh makna, Tari Munggah Nini yang sakral, hingga Tari Kontemporer Sejak Padi Mengakar yang menggambarkan siklus padi sebagai sumber kehidupan di Bali. Selain itu, pertunjukan wayang dan tarian Joged Bumbung menambah kekayaan budaya yang ditampilkan kepada pengunjung.
Penampilan akustik dari Gede Robi (Navicula) dan irama reggae oleh Joni Agung & Double T menjadi pukau yang semarak di hari kedua ini. Kedua musisi yang sangat dekat dengan budaya Bali ini memberikan sentuhan musikal yang membangkitkan rasa persatuan, sekaligus mengajak penonton untuk merenungkan pentingnya pelestarian dan ketahanan budaya.
Ada juga Lokakarya fotografi dan videografi menarik perhatian, menunjukkan antusiasme masyarakat Bali dalam mendokumentasikan lanskap budaya mereka. Di bawah bimbingan para fotografer ternama seperti Tjandra Hutama, Gede Lila, dan Made Dana, lokakarya fotografi ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang ingin menangkap keindahan Subak dan lingkungannya.
Sementara itu, lokakarya video konten melalui ponsel oleh Echa Laksmi berhasil menarik 50 peserta yang belajar cara bercerita melalui video, menjadikan warisan Subak sebagai konten digital yang menarik.
Subak Spirit Festival 2024 ini juga menekankan dukungan Bali terhadap program ketahanan pangan berkelanjutan, yang menjadi inti dari sistem Subak. Dengan menghormati praktik pertanian tradisional dan sistem irigasi ini, festival memperlihatkan pentingnya pendekatan pembangunan yang seimbang, yang mengutamakan pelestarian ekologi, kesinambungan budaya, dan ketahanan pangan.
Seiring berakhirnya festival hari kedua, para peserta pulang dengan penuh inspirasi, keterampilan baru, serta rasa keterhubungan yang lebih dalam terhadap warisan pertanian Bali. Subak Spirit Festival 2024 berhasil menjembatani generasi, tradisi, dan inovasi, menciptakan perayaan budaya hidup Bali yang akan terus dikenang.***