Home Event SARE DAME Menggema, TAAN TOU Jadi Spirit Baru Membangun Lembata

SARE DAME Menggema, TAAN TOU Jadi Spirit Baru Membangun Lembata

by Igo Kleden
0 comment

LEMBATA – Sejak sekian lama akhirnya saya tiba kembali di Lewoleba, Kabupaten Lembata pada Selasa, 1 Maret 2022. Tiba di pelabuhan Lewoleba, belum banyak juga yang berubah. Dari kapal cepat Ina Maria saya masih berjalan diatas titian tangga yang menghubungkan kapal cepat dengan pelabuhan Lewoleba. Dengan satu lompatan kaki saya kemudian mendarat mesra di atas pelabuhan. Welcome to Lembata terdengar suara musik dari balik jetty seolah menyambut kami di siang itu.

Seiring waktu berjalan, saya mulai merasakan ada kedamaian di tanah Lembata. Sare Dame…. spirit baru tanah Lembata yang memang lagi menggema di tanah ini. Kehadiran saya di Lembata, coba menelisik Sare Dame dan apa makna dibalik semuanya, dari yang saya lihat, saya dengar dan saya rasakan.

Tradisi Hidup Lahir dari Kearifan Lokal

Pemerintah Kabupaten Lembata memang menggagas gerakan SARE DAME sebagai gerakan rekonsiliasi yang adalah tradisi dan kearifan lokal masyarakat adat, yang memiliki relasi agung dengan Ama Lera Wulan (Sang Pencipta), Ina Tana Ekan (Bumi) dan Ribu Ratu (sesama) serta Tua Magu (leluhur). Tradisi-tradisi dalam bentuk seremonial adat, kebanyakan sudah pupus karena kemajuan jaman.

Dalam konteks rekonsiliasi komunitas adat ini, Pemerintah hadir dengan peran sebagai activator (mengaktivasi) dan memperkuat komunitas adat agar mengambil peran dalam pembangunan.

Masyarakat Lembata pun menyambut dan merayakannya dengan sukacita gerakan SARE DAME yang dimulai dari rekonsiliasi di masing-masing komunitas adat sesuai pilihan rekonsiliasi – internalisasi –well being (penyejahteraan) dalam relasi agung dengan Ama Lera Wulan (sang pencipta), Ina Tana Ekan (Alam semesta), Ribu Ratu (sesama) dan Tua Magu (leluhur). Prosesi ini dilakukan sejak tanggal 7 Pebruari 2022 sampai dengan 27 Pebruari 2022 dan melibatkan semua desa (151 desa) di Pulau Lembata.

Baca Juga:   F1 Powerboat 2024 Akan Naikkan Dampak Ekonomi 20-25 Persen

Puncak perayaan bersama semua komunitas dalam Pekan Budaya Lembata yang dibuka tanggal 3 Maret – 7 Maret 2022 dan tutup dengan makan adat bersama serta penyatuan komitmen bersama TAAN TOU.

Ketika bertemu dengan Bupati Lembata, Dr. Thomas Ola, beliau mengungkapkan gerakan SARE DAME ini diharapkan dapat mengangkat warisan budaya tak benda dari komunitas adat, melestarikan warisan budaya, memberikan penguatan bagi komunitas adat agar berperan dalam pembangunan dan memberikan pendidikan karakter bagi anak-anak sebagai generasi masa depan Lembata.

Dalam refleksinya, Bupati Lembata, Dr. Thomas Ola Langodai juga menemukan bahwa ada sekian masalah yang terjadi di Lembata. Menurutnya, masalah-masalah ini terjadi hanya karena sebuah pembangunan yang tidak bersahabat atau tidak selaras dengan alam. Akhirnya masyarakat hidup di tempat atau di kondisi dimana banyak yang runtuh baik fisik maupun nilai.

Untuk mengembalikan semuanya ini dibutuhkan sebuah rekonsiliasi atau Sare Dame yang diartikan sebagai perbuatan memulihkan persahabatan atau nenyelesaikan perbedaan. Sare Dame dipahami dalam konteks itu.

Sare Dame itu satu istilah yang dipakai untuk mengungkapkan konsep tersebut ke permukaan untuk membingkai kebijakan pembangunan di periode kepemimpinan Bupati Thomas Ola, terlepas dari kajian di berbagai aspek.

Sare Dame ini yang kemudian mendorong beliau menemukan bahwa di Lembata banyak sekali ritual, banyak sekali kearifan lokal yang masih sedang dijalankan oleh orang tua atau masyarakat bernuansa ‘persahabatan’. Meski sebagian besar generasi millenial belum peduli atau tidak peduli. Yang dilakukan orang tua kita itu dilatari oleh sebuah kesadaran bahwa harus memulai sesuatu “dari hati yang bersih”, dari kehendak untuk sare dame agar bisa Taan Tou – oneq udeq laleng ehaq membangun Lembata.

Baca Juga:   ASUS ROG Community Gathering Hadir di Bali, ROGers Wajib Ikuti!

Muro
Ada juga kearifan lokal yang dihidupkan kembali. Muro namanya. Muro menjadi salah satu bentuk pembangunan lingkungan yang BERSAHABAT dengan alam. Dengan menyelamatkan Muro sebagai sebuah kearifan lokal banyak hal ikut diselamatkan. Mangrove, lamun, terumbu karang sebagai penyangga perikanan berkelanjutan diselamatkan.

Ikan menjadi banyak dan siap menjadi sumber protein untuk mengatasi masalah gizi dan stunting. Mangrove nenjadi banyak untuk mengatasi masalah climate change dan melindungi kualitas air sumur untuk dikonsumsi manusia. Terumbu karang yang kuat ikut memecahkan kekuatan tsunami. Dan banyak dampak lain jika dilihat dari aspek pariwisata bahari serta food security dan income security.

Hanya karena nenek moyang mewariskan sebuah model pengelolaan alam yang dilandasi persahabatan, maka kita memperoleh kesejahteraan dan keselamatan.

Kita patut memberikan apresiasi kepada Bapak Bupati Lembata atas keberaniannya untuk mulai membangun Lembata dari kesadaran ini.

Sare Dame semestinya harus mulai dari pikiran kemudian muncul dalam kata dan perbuatan. Lembata telah berhasil menemukan kembali spiritnya, semoga tetap TAAN TOU untuk Lembata tercinta. ***

Penulis/editor – Igo Kleden
Ketua Jurnalis PENA NTT BALI
Travel Jurnalis tinggal di Bali

 

Berita Terkait