Home Pendidikan UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA UNTUK MENGIDENTIFIKASI FUNGSI ORGAN PENCERNAAN MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATA PELAJARAN IPA KELAS V SDI RITAEBANG

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA UNTUK MENGIDENTIFIKASI FUNGSI ORGAN PENCERNAAN MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATA PELAJARAN IPA KELAS V SDI RITAEBANG

by Igo Kleden

NO.02/THN.XV/PEB/2022

HYASINTA KESAI HAYON, S.Pd

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Belajar merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan setiap orang. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan – persoalan yang actual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang merupakan perbaikan dari sebelumnya.

Untuk dapat menciptakan teknologi baru dan agar tidak terbelakang dari dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif dalam memecahkan persoalan – persoalan actual kehidupan, maka peran IPA sangat penting bahkan dapat dikatakan teknologi takkan ada tanpa IPA. Oleh karena itu penguasaan suatu konsep IPA sangat penting dalam mendukung hal tersebut.

IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang menjadi wahana pencapaian tujuan dari pendidikan, selain dapat mencerdaskan siswa sebagai peserta didik, IPA juga dapat digunakan untuk membentuk kepribadian siswa, mengembangkan keterampilan, serta memiliki sikap logis, kritis, cerdas dan krestif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Peranan IPA yang sedemikian pentingnya sangat dipengaruhi bagaimana proses pembelajaran di kelas, pembelajaran IPA pada umumnya masih didominasi oleh paradigma pembelajaran terpusat pada guru, yang sering disebut sebagai pembelajaran langsung (directeaching). Guru aktif mentransfer pengetahuan pada siswa, sedangkan siswa menerima pelajaran dengan pasif.

IPA diajarkan sebagai bentuk yang sudah jadi, bukan sebagai proses. Akibatnya, ide – ide kreatif siswa tidak dapat berkembang, kurang melatih daya nalar siswa, dan tidak terbiasa melihat alternatif lain yang mungkin dapat dipakai dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa hanya mampu menghafal rumus atau konsep IPA tanpa memahami makna. Sementara itu tidak sedikit siswa yang memandang IPA sebagai suatu pelajaran yang membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan, sehingga motifasi belajar IPA siswa rendah dan banyak siswa berusaha untuk menghindari pelajaran IPA.

Sampai saat ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai peran utama pengetahuan sehingga ceramah menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar, hal tersebut sering mengabaikan pengetahuan awal siswa, untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang memberdaykan siswa. Salah satu model pembelajaran yang memberdayakan siswa adalah model pembelajaran kontekstual.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama ini bahwa SDI Ritaebang sama khususnya pada kelas V (lima), pemahaman siswa tentang pembelajaran IPA masih minim atau rendah disebabkan karena kebanyakan hanya menerapkan metode ceramah dalam pembelajaran IPA di kelas.

Demi peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA untuk materi organ pencernaan manusia, maka guru mencoba menerapkan model pembelajaran kontekstual dan kegunaannya pada mata pelajaran IPA.

Dari uraian di atas penulis ingin menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPA pada meteri fungsi organ pencernaan manusia yang diharapkan akan menembah atau meningkatkan pemahaman siswa dengan judul “Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi fungsi organ Pencernaan Manusia melalui model pembelajaran kontekstual di kelas V SDI Ritaebang sama.

Guru sebagai tenaga pengajar dan motivator kegiatan di kelas pada dasarnya merupakan kunci utama dalam proses belajar mengajar. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran tergantung kesiapan guru sendiri dan siswa sebagai obyek pendidikan selayaknya diarahkan pada pengelolaan kelas yang didalamnya mencakup penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran. Di kelas segala akses pendidikan bermutu dan berproses. Guru sebagai pendidik professional, membina, mediator dan fasilitator harus mempersiapkan diri dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa dinyatakan berhasil jika siswa telah menguasai materi pembelajaran IPA tentang fungsi organ pencernaan manusia. Oleh karena itu, materi yang diberikan harus menggunakan metode yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDI Ritebang. Seperti yang dikemukakan oleh Gangne bahwa “Yang terpenting dalam pembelajaran adalah menciptakan suatu kondisi pembelajaran (eksternal) yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata “. Melalui pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehinggadapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Sehubungan dengan itu, Suprijono (2011: 79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan bantuan kepada siswa dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan social dan budaya masyarakat.

Baca Juga:   Kemendikbud Luncurkan Tiga Kebijakan Dukung Mahasiswa dan Sekolah Terdampak COVID-19

Senada dengan itu, Sumiati dan Asra (2009: 14) mengemukakan kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevan materi pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Selanjutnya, pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana isi pelajaran akan digunakan. Berdasarkan uraian – uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.

Nilai hasil belajar siswa yang dicapai didapat dari evaluasi yang dilakukan oleh guru baik melalui tes formatif atau hasil belajar secara menyeluruh yaitu tes hasil belajar semester. Guru dinyatakan berhasil dalam pembelajaran jika penguasaan materi oleh siswa telah mencapai hasil yang maksimum. Namun dalam kenyataannya tidak semua evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran IPA yang dicapai siswa mencerminkan bahwa siswa belum mampu memahami tentang fungsi organ pencernaan manusia.

Dalam hal ini, penulis pun mengalami bahwa proses belajar mengajar tidak berhasil karena siswa tidak mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan 5 dari 17 orang siswa kelas V SDI Ritaebang yang mencapai tingkat penguasaan materi di atas rata –rata 75%.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia melalui model pembelajaran kontekstual pada maat pelajaran IPA kelas V SDI Ritaebang ? (2) Apakah melalui model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemamapuan siswa untuk mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia ? (3) Mengapa upaya penerapan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPA kelas V SDI Ritaebang belum mencapai ketuntasan?

 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam perbaikan ini adalah : (1) Untuk mengetahui penyebab siswa yang tidak mampu memahami materi tentang fungsi organ pencernaan manusia, (2) Untuk meningkatkan kreatifitas guru daalm melaksanakan pembelajaran IPA kelas V untuk materi tentang fungsi organ pencernaan manusia, (3) Sebagai salah satu motivasi bagi siswa untuk mau belajar.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : (1) Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memberi gambaran tentang model pembelajaran kontekstual yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih model mengajar yang tepat.(2) Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat menambah daya Tarik siswa terhadap IPA sehingga timbul motifasi dalam diri siswa untuk belajar lebih giat dan meningkatkan hasil – hasil belajar siswa. (3) Bagi sekolah, meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan kinerja guru.

METODELOGI PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDI Ritebang KabupateTimur. Mata pelajaran yang diajarkan adalah Ilmu Pengetehuan Alam (IPA) Karakteristik siswa kelas V SDI Ritaebang adalah jumlah siswa 17 orang ; Laki-laki 9 orang dan perempuan 8 orang. Tempat penelitian ini di SDI Ritaebang, Kabupaten Flores Timur. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama Bulan Pebruari 2022.

Desain Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini melalui langkah siklus sebanyak dua siklus, dan masing – masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting) yang diuraikan sebagai berikut: a. siklus I : (1) Perencanaan : Menyusun jadwal mengajar. Membuat perangkat pembelajaran. Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Mempersiapkan lembar observasi dari catatan lapangan. (2) Pelaksanaan: Tahap ini tindakan yang dilakukan adalah: Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang di pelajari. (3) Pengamatan: Untuk pengamatan dari kegiatan siklus I (pertama) adalah melaksanakan proses pelaksanaan tindakan dan menilai hasil pekerjaan siswa yang diberikan oleh guru. (4) kegiatan refleksi meliputi evaluasi tindakan yang telah dilakukan sebagai evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. Pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi yang dijadikan ajuan pada siklus berikutnya (siklus II). (b) Siklus II. (a) Kegiatan perencanaan pelaksanaan meliputi : Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I (pertama) belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah. Menentukan indikator baru. Pengembangan program tindakan siklus II (kedua). (b) Tindakan yang diambil dalam siklus II (kedua) yang mengacuh pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I (pertama) sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui : Guru melakukan apersepsi. Siswa diperkenalkan yang akan dibahas dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Membahas materi pembelajaran dengan tanya jawab dan memberikan contoh. Melaksanakan evaluasi. Menyampaikan materi pembelajaran. Memberikan pekerjaan rumah (PR). (c) Pengamatan. Sebagai berkelanjutannya maka perlu adanya pengamatan yang meliputi : Observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan kelas berlangsung. Memberikan penilaian hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan. (d) Refleksi : Melaksanakan pembelajaran dalam kedua siklus ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk memaksimalkannya maka diperlukan penambahan tindakan kepada siswa seperti memberikan pengertian kepada siswa yang kurang aktif, dan dalam pelaksanakan siklus II (kedua) berpedoman pada rencana pembelajaran siklus I (pertama) yang telah dibuat.

Baca Juga:   MENDAMBAKAN KEADILAN SOSIAL

Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SDI Ritaebang

Teknik Analisis Data

Data pokok dalam data primer dalam penelitian adalah nilai hasil evaluasi siswa pra siklus, siklus I dan siklus II, dengan mengklasifikasi nilai dengan kriteria kurang, sedang dan baik. Dalam rangka membantu kelancaran penelitian perbaikan pembelajaran, penulis meminta bantuan teman sejawat untuk melakukan pengamatan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh penulis.

Hal yang menjadi fokus pengamatan adalah tingkat keaktifan siswa dalam setiap siklus perbaikan pembelajaran. Aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran baik berupa tanya jawab maupun diskusi kelompok pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Dalam laporan perbaikan pembelajaran ini data yang telah di kumpulkan akan di analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil pengamatan akan dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data mengenai hasil belajar akan dianalisis secara kuantitatif kemampuan murid mengerjakan tes hasil belajar.teknik pelkasanaan dengan menggunakan lembaran observasi siswa dan lembaran observasi guru.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan perbaikan pembelajaran dilaksanakan 2 (dua) hari dengan durasi waktu 2 x 35 menit. Pada pembelajaran siklus I kegiatan sudah mengarah kepada. Pembelajaran yang diharapkan, namun hasilnya belum maksimal dan optimal. Karena selama pelaksanaan masih terlihat siswa yang kurang aktif dan serius mengikuti penjelasan guru.

Pada siklus II suasana pembelajaran mulai berubah, pembelajaran berlangsung secara efektif dan menyenangkan. Tampaknya siswa sangat aktif dan serius melakukan kegiatan, mengikuti panduan kegiatan yang diberikan. Siswa melakukan percobaan, mengamati, menulis hasilnya serta merumuskan kesimpulan pada LKS yang disediakan.

Akhir pembelajaran siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar, baik mengenai jumlah siswa yang tuntas atau mencapai target KKM maupun nilai rata – kelas.

Siklus  I: pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I pada siswa SDI Ritaebang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDI Ritaebang pada siklus I memiliki nilai rata – rata  77,84 dengan rincian dari 13 siswa, masih belum tuntas sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II  menunjukkan bahwa hasil siswa kelas V SDI Ritaebang pada siklus II mencapai rata-rata 87,9 dengan rincian dari 13 siswa, namun ke 13 siswa semuanya mencapai ketuntasan yaitu 4 orang siswa mendapat nilai 80, 1 orang siswa mendapat nilai 85, 3 orang siswa mendapat nilai 90 dan 2 orang lagi mendapat nilai 95. Jadi secara keseluruhan dari hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II presentase ketuntasan siswa mencapai 73,26 % sehingga dapat di kategorikan baik.

Baca Juga:   Kajian Metode Kerja Kelompok Pembelajaran PKN Bagi Siswa Kelas VIII SMP NEGERI SATU ATAP RIANGDULI

Pada siklus I nilai rata-rata 77,84 dan presentase tuntas 64,23% dan pada siklus II mendapat nilai rata-rata 87,91 dan presentase ketuntasannya 73,25% dengan adanya perolehan nilai pada siklus akhir /siklus II dapat dikategorikan sangat baik.

PEMBAHASAN

Di dalam permasalahan pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran lebih dirumuskan pada pemahaman konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan model pembelajaran kontekstual tentang bagaimana siswa dapat mendeskripsikan fungsi organ pencernaan manusia. Penulis menemukan beberapa permasalahan yang mendasar yang menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan, sehingga pada akhir prlaksanaan kegiatan, perbaikan pembelajaran, siswa diharapkan sudah mengalami peningkatan perolehan nilai yang kurang dari 75 tidak ada lagi.

Adapun peningkatan pada akhirnya untuk mata pelajaran IPA adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDI Ritaebang mata pelajaran IPA semakin membaik. Motivasi dan kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran semakin terarah dan membaik. Aktivitas dan kreativitas siswa dalam mengikuti pelajaran IPA semakin meningkat.

Hasil yang disajikan serta pemahaman hasil setiap siklus di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran IPA tentang fungsi organ pencernaan manusia dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran terasa lebih bermakna, materi yang diterapkan benar-benar tertanam dalam hati siswa, konsep yang abstrak dapt dikonkritkan, serta hasilnya lebih optimal dan memuaskan. Bertolak dari hasil pencapaian siswa maka guru dan teman sejawat sepakat untuk mengakhiri kegiatan ini dan tidak melanjutkan kesiklus berikutnya.

SIMPULAN

Dengan telah selesainya kegiatan penelitian ini, berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan dari pra siklus I (pertama) dan siklus II (kedua) penulis menarik suatu kesimpulan bahwa: Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi“ dunia nyata.” Melalui pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata. Setelah melaksanakan siklus I (pertama) hasil nilai yang diperoleh adalah rata-rata 77,84 dengan presentase ketuntasan 64,23% hal ini belum maksimal, siswa belum terkonsentrasi dengan baik sehingga banyak siswa yang kurang mendengar penjelasan guru. Pada siklus II (kedua) hasil ini dimana siswa dapat mengalami peningkatan hasil belajar yang sangat baik, kini terlihat dari nilai yang diperoleh siswa rata-rata 87,91 dengan presentase ketuntasan 73,27% sehingga kenaikan ini sangat baik, nilai ini didapatkan karena siswa sudah bisa menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan baik dan benar. Penggunaan materi pelajaran dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode mengajar bervariasi yang optimal dapat memberikan rangsangan kreativitas siswa sehingga suasana kelas konduktif. Maka terciptalah suasana Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM ).

SARAN

Adapun saran dalam penelitian ini adalah guru dalam mengajar hendaknya melibatkan siswa secara aktif. Agar siswa merasa lebih dihargai dan diperhatikan sehingga akan meningkatkan perilaku yang baik. Untuk sekolah, dapat menjadikan kegiatan meneliti sebagai bagian dari kegiatan wajib dari setiap gur, dengan sekolah membantu memfasilitasi terjadinya kegiatan penelitian tersebut, misalnya melalui diklat mini penyusunan karya penelitian tindakan kelas dengan mendatangkan nara sumber, serta dapat mewajibkan guru agar setiap tahun dapat menghasilkan satu buah karya ilmiah penelitian tindakan kelas. Dengan demikian upaya meningkatka kualitas pendidikan dapat benar-benar terwujud dengan turut merasa bertanggung jawabnya setiap guru terhadap mutu pendidikan sekolah, baik mutu proses pembelajaran yang tentu saja berpengaruh terhadap mutu output pendidikan dari sekolah. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa dimotivasi untuk mampu mengungkapkan ide dan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan lebih mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam konsep pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga di dalam mengajar dapat berperan sebagai fasilitator dan motivator yang bisa memberikan dan menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa untuk bertanggung jawab dalam melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran hendaknya guru bisa menggunakan model pembelajaran. Proses pembelajaran hendaknya guru bisa menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pertanyaan dan motivasi dalam pembelajaran.***

Berita Terkait