DENPASAR|PARADISO.CO.ID – Direktur Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo, Shana Fatina menghadiri diskusi Pariwisata NTT umumnya dan Labuan Bajo khususnya yang digelar Perhimpunan Jurnalis (PENA) NTT Bali di Cafe PICA, Pojok Sudirman, Denpasar pada Kamis (10/6).
Diskusi berlangsung hangat, kritis, penuh kekeluargaan dalam upaya mencapai tujuan bersama perkembangan pariwisata Labuan Bajo, Flores, Lembata dan Alor yang memberi manfaat untuk masyarakat dan berkesinambungan.
Diskusi yang dipandu oleh Ketua PENA NTT Bali, Igo Kleden yang juga merupakan putra Flores Timur ini diawali dengan perkenalan para anggota PENA NTT yang hadir.
“Kita hari ini bersyukur dan berterimakasih karena Ibu Direktur merespon undangan kita untuk duduk bersama, bincang-bincang tentang pariwisata Labuan Bajo, Flores, Lembata dan Alor. Silahkan bertanya langsung, perpendapat, mengkritisi dan menyampaikan usul dan saran karena hari ini kita bakal mendapatkan informasi langsung dari sumbernya yakni Ibu Direktur atas informasi – informasi yang selama ini berkembang tentang Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo,” kata Igo yang juga pengelola media yang tergabung dalam grup Rumah Media Nusantara (RMN) mengawali diskusi.
Ketua PENA NTT ini selanjutnya memberikan waktu seluas -luasnya kepada Direktur BOP Labuan Bajo, Shana Fatina untuk menyampaikan pemaparannya sekaligus pengantar diskusi tentang apa yang selama ini dikerjakan BOP Labuan Bajo dan yang akan dilaksanakan ke depannya.
Dalam diskusi yang berlangsung sejak pukul 10.30 Wita itu Shana Fatina menyampaikan beberapa rencana pembangunan pariwisata di Labuan Bajo, Flores, Lembata dan Alor ke depannya. Misalnya telah melakukan mapping dan akan melaunching 30 desa wisata yang ada di Flores, Lembata dan Alor. Melalui desa wisata itu kata Shana, pihaknya akan memperkenalkan produk lokal seperti kopi dan produk olahan lainnya yang dikemas dengan story telling yang menarik sehingga memantik wisatawan berkunjung ke desa wisata tersebut.
Kaitan dengan itu, kata Shana, pihaknya saat ini juga mengajak sejumlah tour operator dan pelaku usaha wisata di Labuan Bajo, Flores, Lembata dan Alor untuk mengikuti BBTF ke-7 yang berlangsung di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua pada 10 -12 Juni 2021 untuk ‘menjual’ Labuan Bajo, Flores, Lembata dan Alor sekaligus memperkenalkan 32 desa wisata yang ada di kawasan wisata tersebut.
Shana Fatina juga mengatakan dahulu Labuan Bajo mengandalkan alam. Sekarang dipoles untuk dilengkapi dengan berbagai fasilitas agar wisatawan tinggal lebih lama karena merasa nyaman.
“Labuan Bajo pun dikembangkan sebagai pintu gerbang NTT. Kini dilabeli wisata premium dan super prioritas,” ungkap Shana. Label ini memang mengandung tugas dan tanggungjawab yang tidak ringan dan BOP Labuan Bajo harus mampu melakukan peran koordinasi dengan maksimal dengan berbagai stakeholder yang ada agar tujuan sebagai wisata premium itu bisa tercapai.
Shana menjelaskan BPO Labuan Bajo mempunyai dua fungsi, yakni fungsi otorita dan koordinatif. Dirinya sangat berharap pariwisata yang dikelola menjadi pariwisata berkelanjutan, kelas dunia, dan berkeadilan. “Keramahan masyarakat, alamnya, dan sosial budayanya sudah cocok. Kami ingin mayarakat pariwisata menjadi lebih sadar,” tandasnya.
Setelah mendengar pemaparan dari Direktur BOP Labuan Bajo, wartawan senior Agustinus Apolonaris Daton pun menyampaikan kritiknya terhadap pola pengembangan pariwisata yang dirancang saat ini. Wartawan yang akrab disapa Apolo ini mengatakan pola pembangunan pariwisata yang dirancang itu sepertinya mengabaikan Komodo atau Taman Nasional Komodo sebagai magnet utama.
“Saya menilai BOP Labuan Bajo lebih berorientasi pada pembangunan. Lupa dengan ikon utamanya yaitu komodo. Dari awal penjelasan Ibu Direktur tadi, saya tidak dengar penjelasan bagaimana tentang komodo,” tutur Apolo.
Lebih lanjut Apolo mengusulkan agar pembangunan itu dilakukan dari bawah. Yang terjadi saat ini semua dari atas. Yang dibangga-banggakan adalah wisata premium dan super prioritas. “Bagaimana dengan masyarakat yang ada di bawah. Ini harus diperhatikan agar tidak jadi polemik,” tandasnya.
Sementara wartawan senior lainnya Piter Sahertian mempertanyakan mitigasi bencana alam. Piter mengatakan orang kaya atau wisatawan berani keluar banyak duit asal aman. Jangan sampai tamu tak mau datang lagi karena sudah tidak nyaman di Labuan Bajo. Kita perlu belajar dari gempa bumi di Lombok dan bagaimana sulitnya melakukan migitasi dan mengevakuasi wisatawan yang terjebak di tiga gili di Lombok, NTB.
“Bicara pariwisata adalah bicara pengalaman. Kalau mitigasi bencana tidak diperhatikan itu jadi soal. Saya memberi masukan agar mitigasi bencana itu jadi prioritas,” harap Piter.
Sementara Ambros Boli Berani, koresponden ABC News Australia mengusulkan agar BOP Labuan Bajo meningkatkan perannya dalam hal koordinatif dengan mengkoordinasi para kepala daerah di Flores, Lembata dan Alor agar ada kerjasama antara pemerintah kabupaten sehingga pola pembangunan bisa cepat.
“Yang perlu diperhatikan juga adalah masalah transportasi. Bagaimana orang leluasa kalau transportasi tidak lancar. Juga masalah internet dan digitalisasi juga jadi sorotan. Kini promosi sebenarnya sudah mudah. Tetapi bagaimana bisa kalau tidak ada jaringan internet,” ungkap Ambros.
Sementara Fotografer AFP, Sonny Tumbelaka yang sempat hadir dan sejumlah fotonya tentang NTT yang menjadi viral dan dipakai oleh sejumlah media besar di dunia mengatakan bahwa Labuan Bajo, Lembata dan Alor harus terus intens melakukan promosi lewat media. Sebaik apapun dan semenarik apapun suatu destinasi wisata kalau tidak dinarasikan secara baik dan benar oleh media dan tidak intens melakukan promosi termasuk lewat media maka dia tinggal sebuah destinasi saja tanpa makna.
Menutup diskusi yang berlangsung kurang lebih selama 2 jam tersebut Ketua PENA NTT Bali, Igo Kleden mengutarakan bahwa ini langkah awal yang baik bagi PENA NTT dan BOP Labuan Bajo untuk membangun sinergi guna menarasikan berbagai destinasi wisata yang ada di kawasan Flores, Lembata dan Alor untuk dipromosikan kepada wisatawan.
“Kita akan selalu antusias bekerjasama dengan BOP Labuan Bajo asalkan demi perkembangan pariwisata di kawasan Labuan Bajo, Flores, Lembata, Alor dan juga NTT umumnya. Perkembanagn pariwisata harus makin mensejahterakan rakyat dari sektor ini,” papar Igo menutup diskusi ini. ***